BOGOR, kabarSBI.com – Aktivitas alat berat dan penebangan pohon di kawasan Gunung Angsana yang terletak di Desa Setu, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menjadi sorotan para pecinta lingkungan hidup di Bogor dan Jawa Barat.
Gunung Angsana Jasinga Bogor Riwayatmu Kini, itulah kalimat yang mencerminkan kekecewaan teramat dalam dari masyarakat pecinta lingkungan hidup terhadap kerusakan alam yang lokasinya menyimpan sejarah budaya di tanah leluhur. Kekecewaan itu juga terungkap melalui berbagai media sosial baik berupa foto maupun video yang di viralkan Komunitas Ngasruk Jasinga Bogor.
Protes keras terhadap pengrusakan alam itu mengalir semakin deras, bukan hanya dari kalangan Pecinta Alam, Seniman dan Budayawan Bogor. Sebab, kader – kader konservasi Jawa Barat, dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Barat juga menyoroti aktifitas pengrusakan alam dikawasan Gunung Angsana Jasinga Bogor.
“Kami sudah agendakan untuk meninjau langsung ke lokasi, memberikan pendampingan sekaligus berdiskusi dengan masyarakat setempat yang fokus terhadap dampak lingkungan dari aktifitas alat berat di kawasan Gunung Angsana,” kata Dedi Kurniawan, Ketua Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia (FK3I) Jawa Barat.
Dirinya mengatakan, aktifis lingkungan hidup yang ada di daerah Bogor juga sudah di komunikasikan supaya bisa meninjau dari dekat kelokasi, sekaligus berdiskusi dengan masyarakat yang tidak menginginkan kawasan itu dirusak oleh aktifitas penebangan pohon dan alat berat.
Terpisah, Forum Masyarakat Peduli Lingkungan Kabupaten Bogor, Andri, juga mengagendakan peninjauan ke lokasi. “Info yang saya terima sementara, adanya petilasan dan Batu Bilik, dengan kekayaan alam yang terkandung didalamnya, seperti timah hitam, batu granit, gas alam dan jenis tambang lainnya. Masyarakat ingin lokasi yang terlanjur dirusak itu dikembalikan fungsinya seperti sediakala,” jelasnya.
Saat dihubungi wartawan, Direktur WALHI Jawa Barat, Meiki W. Paendong mengatakan, dampak apa yang dirasakan oleh warga sekitar baik langsung maupun tidak langsung.
“Apakah warga sudah mengorganisir diri untuk mengajukan protes, nah dua hal itulah langkah dasar WALHI Jabar. Selanjutnya, konsistensi dan komitmen bersama,” ucap Meiki.
Menurutnya, WALHI Jabar tidak bisa berbuat banyak apabila warga terdampaknya terkesan diam atau apatis, karena akan ada proses advokasi yang bisa dan harus dilakukan selanjutnya.
“Selama ini WALHI Jabar konsisten memberikan pendampingan kepada warga dan mengawal moratorium izin tambang di Jawa Barat,” pungkasnya. (am/r/as)