kabarSBI.com – Polri berencana membantuk Satuan Tugas antisipasi politik identitas. Polri akan menggandeng KPU, Bawaslu, Kominfo dan stakeholder yang lain. Satgas tersebut akan dibentuk untuk mengantisipasi terjadinya polarisasi masyarakat akibat politik identitas yang dapat mengganggu pelaksanaan pemilu 2024 yang demokratis, bersih, berkualitas, dan jujur serta adil
Rencana pembentukan Satgas Itu mendapat apresiasi dari Direktur Eksekutif SARA Institute, Muhmmad Wildan. Dia mengapresiasi rencana Polri dan stakeholders terkait membentuk Satgas cegah politik identitas. Menurut Wildan, pembentukan Satgas ini adalah bentuk nyata upaya pencegahan terjadinya politik identitas serta gangguan dalam pemilu baik Pilpres, Pilkada ataupun Pileg.
“Kami SARA institute yang terus mengampanyekan nilai-nilai kebaikan dalam keberagaman agama, ras, dan suku, sangat mendukung rencana Polri serta stakeholders lainya yang akan membentuk satgas cegah politik identitas. Satgas seperti ini sangat dibutuhkan di negara yang heterogen seperti Indonesia ini,” demikian dikatakan Wildan, Selasa (14/6/2022).
Dia berharap dengan pembentukan Satgas politik identitas tersebut dapat menciptakan proses dan pelaksanaan Pemilu bersih, sehingga akan menghasilkan pemimpin-pemimpin baru yang berintegritas
Sebelumnya Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen. Pol. Dr. Dedi Prasetyo, M.Hum., M.Si., M.M., menyampaikan Polri akan membentuk Satgas untuk mencegah terjadinya gangguan politik bernuansa kebencian berbasis identitas pada Pilpres atau Pilkada 2024. Polri akan menggandeng KPU, Bawaslu, dan para partai politik (parpol) dalam satgas itu.
“Untuk mencegah politik identitas dan provokasi maka Polri dan stakeholders terkait bersama dengan KPU, Bawaslu, Parpol kontestasi pemilu bersama-sama menyiapkan satgas-satgas untuk memberikan sosialisasi, edukasi dan literasi kampanye yang bermartabat, menjaga etika, toleransi, moderasi beragama, dan menjaga persatuan,” jelas Kadiv Humas Polri.
Sebuah langkah cerdas dan antisipatif, karena mencegah lebih diutamakan ketimbang memperbaiki sesuatu yang rusak duluan. Ongkosnya lebih mahal.(simon/red)