Jember, kabarSBI– Beberapa waktu lalu, Johan membeli sebuah dum truk tahun 2013 dengan nomor polisi P 8512 AC dari showroom Bumi Makmur di Genteng, Kabupaten Banyuwangi. Harga kendaraan tersebut disepakati sebesar Rp185.000.000. Namun, Johan hanya mampu membayar uang muka sebesar Rp115.000.000, sehingga ia memutuskan untuk menjaminkan BPKB dan meminjam Rp70.000.000 dari lembaga pembiayaan (leasing) TRUE Finance. Pinjaman tersebut disepakati akan dicicil selama 48 bulan dengan angsuran bulanan sebesar Rp2.550.000.
Awalnya, Johan, yang bekerja sebagai sopir dum truk untuk mengangkut material bangunan, rutin membayar cicilan dan sempat melunasi tiga kali angsuran. Namun, musibah menimpa Johan. Ia terjerat masalah hukum yang menyebabkan truk tersebut dijadikan barang bukti dalam proses pengadilan. Akibatnya, Johan tidak dapat melanjutkan pembayaran cicilan selama enam bulan.
Untuk membantu menyelesaikan masalah ini, kakak Johan meminta bantuan Sunaryo. Namun, hingga Johan selesai menjalani proses hukum, masalah dengan TRUE Finance belum juga terselesaikan. Padahal Johan tetap berkomitmen untuk melunasi tanggungannya. Sayangnya, truk yang menjadi satu-satunya sumber pendapatan keluarga telah diamankan oleh pihak leasing. Johan bahkan tidak mengetahui di mana truk tersebut disimpan.
Sebelum truk diamankan, istri Johan, Anis Aprilwati, dan Sunaryo sempat mengajukan permohonan kepada majelis hakim di Pengadilan Negeri Jember untuk meminjam pakai kendaraan tersebut. Namun, permohonan tersebut tidak dikabulkan. Hingga kini, kendaraan itu tetap berada dalam penguasaan TRUE Finance.
Upaya mediasi telah dilakukan oleh tim Kabarsbi yang bertemu dengan Bapak Ahmad selaku perwakilan manajemen TRUE Finance di kantornya, Jalan Gajah Mada 369, Jember. Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh pihak kepolisian dari Polsek Kaliwates. Namun, hingga saat ini, belum ada solusi yang jelas.
Keluarga Johan sangat berharap kasus ini segera terselesaikan agar mereka dapat kembali menggunakan truk tersebut untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidup, termasuk biaya pendidikan anak-anak mereka. “Kami hanya ingin keadilan dan solusi yang cepat agar keluarga kami bisa melanjutkan hidup,” ujar Johan.
Reporter : Gunawan_Wage.s