CIAMIS, kabarSBI.com – Apa jadinya apabila sebuah bangsa berubah menjadi bangsa yang tidak bermoral? Sudah barang tentu hal ini menjadi perbincangan menarik dengan berbagai argumen di dalamnya.
Ironisme sebagai bangsa beradab namun justru menjadi bangsa biadab dan terkorup di belahan dunia ini.
Apa yang sebenarnya kita harapkan dari sebuah bangsa ketika perjalanan meniti peradaban tidak dibarengi dengan moral yang baik tetapi justru semakin jauh meninggalkan moralitas? Dengan pondasi yang saat ini dibangun oleh keserakahan, kesombongan, ketidakadilan, dan kebohongan
Sebutlah ‘Sang Jendral’ penguasa jalanan, pedagang kaya yang memonopoli, preman penuh tato yang ditokohkan, pengangguran bersorban yang Alhamdulillah kajian tentang Agamanya diragukan, serta kelompok yang berencana membangun dengan tujuan menguasai penjuru negeri berdalih kejujuran dan keadilan berdasarkan Ketuhanan yang ternyata palsu belaka.
Metodologi politik kaum elit dikemas cukup rapi seolah tanpa cela. Fenomena orang kecil, yang berada di pojok-pojok negeri yang notabene berlatarbelakang pendidikan agama, kemudian ditipu data oleh ustadz palsu. Bukankah semua kita sadar dan pahami, apa itu rahasia umum dari penerimaan siswa mulai TK sampai Perguruan tinggi, seringkali ada uang pelicinnya.
Isu yang terus berkembang bahwa masuk ASN atau PNS, TNI-POLRI pastik pakai uang pelicin atau apalah namanya, dan terjadi hampir seluruh sendi birokrasi. Meski mereka telah lantang tidak mengakuinya. Lantas apakah fenomena ini tidak menghasilkan produk palsu, seperti sarjana palsu ASN/PNS palsu, TNI-POLRI palsu.
Kenapa banyak yang palsu? ya memang itu semua yang terjadi saat ini. Apakah yang asli hanya Presiden dan beberapa Menterinya saja ?
Kita rasakan kepalsuan semakin memiliki tempat khusus karena diciptakan dengan tujuan kepentingan sendiri tanpa memikirkan dampak generasi selanjutnya.
Coba kita telaah apa yang terjadi ketika rakyat meminta keadilan, mirisnya saat rakyat dihadapkan dengan mereka hasil dari produk palsu, maka keputusan pengadilan palsu, penegakakan keamanan palsu, tejadi pemukulan jika ada demo, banyak contoh kasus hangat saat ini, termasuk para pembuat UU juga hasil dari produk pileg yang palsu, mana ada caleg yang tidak membayar konstituennya untuk dapat dipilih murni dari hati nurani.
Artinya boleh kita katakan
mereka semua produk gagal Etika Sosial Politik.
Jika perilaku elite saat ini mencerminkan sikap dan perilaku di dalam perbuatan yang dimaksudkan di atas, maka praktis akan hancurlah tatanan moral dan peradaban.
Untuk itu, yuk kita bangunkan rakyat yang saat ini masih tertidur pulas karena terbuai oleh janji pejabat palsu.
Mulailah katakan benar adalah benar dan salah katakan salah, karena negara ini tanggung jawab kita bersama. Jika rakyat paham dengan apa yang terjadi saat ini, maka teriakan lantang akan didengar oleh penguasa alam dan
mengembalikannya pada tangan-tangan yang bersih
Atau paling tidak rakyat harus paksa mereka hasil produk gagal untuk introspeksi supaya memahami tugas mereka sebagai karyawan negara, bukan pemilik negara.
Narasi oleh : Abdul Aziz