Caleg Cerdas, Sabilli: APK Berpotensi Merusak Keindahan Lingkungan, Pilih Door to door dan Teknologi Degitalisasi

Caleg Cerdas, Sabilli: APK Berpotensi Merusak Keindahan Lingkungan, Pilih Door to door dan Teknologi Degitalisasi 1
Muhammad Sabilillah, Caleg DPRD Kabupaten Bogor dari Partai umat Nomor urut 2 Dapil 2. (dok)

BOGOR, kabarSBI.com – Umumnya seorang caleg (Calon Legislatif) dimusim pemilu banyak menebar poster/banner/spanduk/baliho di ruang fasilitas publik seperti pohon, taman, trotoar, jalan dan lainya.

Berbeda dengan Sabilli sapaan akrab Muhammad Sabilillah baginya hal tersebut dapat merusak keindahan estetika sebuah kota/ kabupaten. Menurutnya kampanye media luar dibolehkan tapi itu pemborosan, pencitraan dan itu semua sudah ketinggalan zaman.

Karenanya, Sabilli tidak menebar alat peraga kampanye (APK) seperti baliho, spanduk dan lainya di media luar ruang. Dia memilih kerja keras, fokus, door to door dengan menyambangi warga, banyak silaturahmi dan berdiskusi serta menyerap aspirasi.

Muhammad Sabilillah adalah aktivis peduli lingkungan yang kini berkonsentrasi sebagai kandidat Anggota DPRD Kabupaten Bogor dari Partai Ummat, Partai tokoh reformasi, Amien Rais.

Caleg Sabili berada di posisi Nomor urut 2 dengan daerah pemilihan (Dapil) 2 meliputi Tanjungsari, Sukamakmur, Jonggol Cariu Klapanunggal, Cileungsi dan Gunungputri.

Sabili mengaku ingin menjadi bagian dari perubahan dalam mengkampanyekan diri. Ide, gagasan dan wawasan tentang lingkungan dan ketahanan pangan menjadi fokus yang dipilihnya untuk pendekatan pada masyarakat Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

“Coba kita perhatikan bagaimana Calon Presiden Bapak Anies Rasyid Baswedan berkampanye. Tidak banyak spanduk dan baliho dipasang. Tapi ide dan gagasan serta wawasannya tertancap di hati kebanyakan orang Indonesia,” ujar Sabilillah dalam satu kesempatan pada media ini, Rabu, 24/1/2024.

Dikatakannya, ide bahkan trobosan Anies melalui kampanye langsung tatap muka (desak Anies, red) mendapat antusias masyarakat

” Kami sebagai kader Partai Umat, pendukungan partai koalisi perubahan menilai itu terobosan baik. Kampanye dengan tatap muka langsung ini cara kekinian di alam demokrasi kita. Dan tidak merusak lingkungan,” tuturnya.

Pada percakapan itu, Sabili mengutip sebuah pribahasa, “tak kenal maka tak sayang”.

“Kalau ingin dikenal dan disayang jangan pasang alat peraga kampanye sembarang,” ajak Sabilli yang konsisten akan pulihkan Lingkungan Hidup dan Ketahanan Pangan jika mendapat amanah masyarakat sebagai salah seorang anggota legislatif di kabupaten Bogor.

Sabilli mengungkapkan alasannya tidak menebar alat peraga kampanye luar ruang.

“Baliho spanduk stiker dan APK lainnya itu umumnya terbuat dari bahan campuran plastik dan terlanjur bertebaran. Sedangkan limbah plastik tidak bisa diurai tanah, jika dibakar menjadi pencemaran udara, ketika angin kencang jadi rawan karena roboh yang membahayakan pengendara. Kampung juga jadi kumuh.”

“Dan, banyak pula yang ‘menyakitkan’ pohon karena dipaku,” sambung Sabilli.

Keberadaan alat peraga kampanye dinilai sudah terlanjur bertebaran di sudut-sudut perkotaan, di fasilitas umum, dan di perkampungan.Terlebih, pemasangnya banyak tanpa seijin RT RW. Selain itu, banyak tidak sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh KPU, sedangkan Bawaslu sendiri malah kewalahan mengawasinya.

“Inilah alasan saya untuk tidak menebar alat peraga kampanye luar ruang. Saya lebih memilih datang langsung door to door silaturahmi ke masyarakat dan rajin menyapa melalui sambungan selular. Alhamdulillah saya pun bertambah teman dan saudara. Selain itu, saya kampanye melalui media massa seperti koran, online, radio siaran dan medsos yang ramah lingkungan,” jelasnya.

Lebih jauh, dia menimbang, apabila satu orang caleg mendistribusikan masing-masing seribu baliho, poster, spanduk, kartu nama, dan alat peraga lainnya yang masif dan akan memenuhi sudut dan sepanjang jalan hingga pelosok kampung.

“Coba bayangkan bukan rimbun oleh pepohonan negeri kita yang subur makmur ini malah subur dengan spanduk dan baliho,” sindirnya.

Begitupun, kata Sabilli, di Kabupaten Bogor. Menurutnya akan terjadi penumpukan sampah di daerah tersebut paska Pemilu 2024.

Sementara, Dinas Lingkungan Hidup dengan daya dukung pengangkutan dan TPS/TPA Sampah hingga saat ini masih jauh dari memadai.

“Bahan plastik dan bahan berbahaya lainnya sudah jelas akan menjadi masalah. Semisal, Baliho, poster, spanduk dan sejenisnya pada umumnya memiliki bahan dasar plastik jenis vinil, polimer, polypropylene, nilon, dan polyethylene terephthalate,” terang Sabilillah.

Menurut Sabilillah, partai politik harus membimbing para kadernya agar sadar lingkungan sehat, aman dan nyaman sebagai wujud kepedulian berpolitik terhadap kelangsungan lingkungan dan kehidupan

Sabilillah juga mengajak para elit politik berkomitmen mengurangi sampah dalam bentuk menanggalkan cara-cara kampanye menggunakan media luar ruang.

“Ada cara berkampanye dengan cara digitalisasi, baik melalui media cetak maupun online atau medsos,” tutup Sabilillah.
(r/as)