BATANG, kabarSBI.com – Akses informasi publik semakin dimudahkan dengan dukungan teknologi, termasuk informasi digital tentang peta cagar budaya di wilayah Batang. Cerita dan lokasi pelbagai situs bersejarah dapat diakses dengan mudah melalui aplikasi Batang Region. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Batang, Triossy Juniarto, mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud), serta para pemerhati sejarah setempat menyusun peta digital cagar budaya.
Tujuannya memudahkan penyampaian informasi kepada masyarakat tentang situs-situs benda bersejarah di Kabupaten Batang. “Batang Region itu banyak memuat hal-hal yang ada di Batang, di antaranya rumah makan, rumah sakit, tempat wisata dan hal unik lainnya. Dan, masih terbuka untuk menampilkan situs-situs kebudayaan Batang,” terangnya saat dihubungi di kantornya, Kamis (19/11/2021).
Ia menambahkan, sangat penting bagi generasi milenial untuk mempelajari sejarah karena kehidupan masa kini tidak lepas dari sejarah peradaban manusia masa lampau. “Terutama anak-anak usia sekolah dan mahasiswa, sehingga pengetahuan kesejarahan makin lengkap dan bisa menghargai hasil karya para leluhur,” tandasnya.
Pemerhati benda cagar budaya, sekaligus guru mata pelajaran sejarah, Nurrochim menyampaikan, selama ini pendataan seluruh informasi tentang situs-situs kepurbakalaan hanya tersimpan secara manual, sehingga kemungkinan terjadinya kerusakan dan kehilangan cukup besar.
“Kondisi situs dari tahun ke tahun kemungkinan bisa berubah. (Contohnya), mungkin ada goresan karena terpapar benda tajam, tapi ketika melihat gambar aslinya di peta digital, bisa melihat sumber tahun pengambilannya secara lengkap,” ungkapnya, saat ditemui, di SMAN 2 Kabupaten Batang. Ia menyayangkan apabila pendataan hanya dilakukan secara manual akan terjadi pengulangan serupa.
Tetapi, jika informasinya tersimpan secara digital, pendataan tidak perlu dilakukan berulang-ulang. Selain itu, benda-benda cagar budaya yang tersimpan secara fisik maupun digital akan terlindung dan dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
“Kalau sekarang para peneliti menyimpan datanya secara konvensional, tapi ketika disimpan dalam sebuah aplikasi, informasi akan terdata semua,” ujar Nurrochim. Dijelaskan, pendataan dapat diawali dengan situs-situs kepurbakalaan dari masa klasik, masa Islam, dan masa kolonial.
Data tersebut nantinya bisa disimpan dalam bentuk kode batang (barcode) sebagai konsep eduwisata cagar budaya. “Di Gringsing dan Plelen bisa dilihat banyak bangunan masa kolonial, seperti rumah-rumah di sepanjang jalan arah PTPN IX. Pada masa Islam banyak masjid kuno, makam Wonobodro, kitab Tarajumah dan lainnya,” bebernya.(pri/red)