JAKARTA, kabarSBI.com – Kondisi Tempat Penampungan Sampah Sementara Danau Cincin (TPS Dacin) Papanggo diam-diam menyimpan sejumlah masalah.
TPS statusnya berada dilahan aset Pemda DKI seluas 82.000m2 tepatnya berlokasi Waduk/Danau Cincin Jl. Waduk Sunter Utara, RW 07, Kelurahan Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara, depan pintu masuk Tol Papanggo dalam area Jalan Tol Ir. Wiyoto Wiyono.
TPS Dacin Papanggo dengan Medan kerja sekitar luas 500-1000m2 berjarak sekitar 3 km arah kantor Kecamatan Tanjung Priok, 4, km arah kantor Walikota Jakarta Utara, dan 7 km arah Kantor Suku Dinas Lingkungan Hidup Kota Jakarta Utara.
Pantauan situs berita ini, TPS Dacin Papanggo sebenarnya cukup strategis sebagai tempat penampungan sampah, karena lahan terbuka yang cukup luas, penghijauan cukup, dan jarak cukup jauh dari pemukiman “tertata’ penduduk.
Selain itu, akses mudah dilalui kendaraan truk – truk sampah dan alat berat Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. Aktivitas bongkar muat kendaraan sampah seperti truk, alat berat, mobil angkutan sampah PPSU dan gerobak sampah warga, tak ada kendala semua terlayani di TPS tersebut.
Sayangnya, TPS Dacin Papanggo dikabarkan melayani sedikitnya tiga kelurahan; Papanggo, Warakas, Sebagian Sunter belum didukung infrastruktur yang layak. Infrastruktur seperti jalan belom dibeton akibatnya becek bila hujan, dan TPS nyaris tidak ada pagar beton pembatas kecuali seng, dan tak ada ruangan.
Sampah Numpuk
Selain itu, pengamatan dan informasi yang dihimpun media ini, kondisi titik kumpul sampah Dacin trus menumpuk. Satu Minggu pengamatan tidak pernah tuntas alias bersih, meski setiap hari sampah diangkut kepenampungan akhir di Tempat Penampungan Akhir (TPA) Bantargebang, Bekasi. Kini titik akhir sampah itu bernama TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) Bantargebang,.
Sedangkan kapasitas daya tampung dan daya angkut sampah di dacin Papanggo, serta jumlah armada angkut dinas, fixnya sementara belum dapat di laporkan publik.
Armada Mogok
Selain masalah infrastruktur dan sampah numpuk TPS Dacin Papanggo juga memiliki permasalahan lain yaitu armada banyak mogok, setidaknya satu Minggu ini 3 armada/truk orange Dinas LH rusak dan tidak bergerak.
Sejauh pandangan ini belum ada upaya perbaikan armada orange mogok. Nampak mangkrak dibiarkan kehujanan dan kepanasan bisa jadi kondisi pembiaran akan menambah daya rusak kendaraan andalan angkutan sampah warga Jakarta itu.
Driver Ngenes
Tak cukup sampai disitu, sekilas informasi dari sejumlah sumber menceritakan para driver baik angkutan berat truk dan dozer Dinas LH banyak bercerita cendrung duka menjadi sopir angkut, ketimbang sukanya.
Pasalnya, driver/sopir alat berat dozer kerap menangung resiko pribadi bila kendaraanya mengalami kerusakan kecil seperti seal rusak, ban bocor dan kerusakan kecil lainya. Trabel kecil itu ditanggung driver kadang harus mengeluarkan biaya sendiri dari kantong gaji sang driver.
Namun demikian, driver mengakui bila ada rejeki lain yang tidak melanggar aturan bisa untuk menutupi kerusakan kerusakan kecil itu. Tetapi, kata sumber, lebih banyak kocek pribadi terkuras. Ngenesnya, gaji yang mereka peroleh untuk keluarga kerab berkurang. Bukan karena dipotong gaji tapi karena mencari hutangan sampai kerentenir sekaligus untuk menutupi trabel kecil kecil itu.
Para sopir dinas sepertinya dituntut untuk mampu mengatasi kendaraan yang dibawanya, termasuk masalah mesin. Dengan pertimbangan bila memanggil teknisi biaya lebih besar, bila pakai teknisi dinas harus menunggu waktu tertentu. Sedangkan alat berat harus terus beraktivitas sepanjang jam dinas, melayani sampah warga.
Hal yang sama juga dialami sopir truk orange. Bahkan sopir truk ini jauh lebih besar karena dengan berbagai resiko di perjalanan. Kabar dari sopir truk kondisi mobil yang dipaksakan seperti kaki kaki mobil harus ganti tetapi harus beraktivitas. Sopir terpaksa harus mengurangi volume angkut, guna antisipasi bahaya di jalan.
Menjadi pertanyaan bagaimana pemerintah Jakarta atau Dinas LH terkesan membiarkan semua laporan diatas itu terjadi. Padahal semua yang terkait pemeliharaan angkutan dinas setiap tahun dipastikan teranggarkan, termasuk bahan bakar.
Menyebalkan Publik
Penting dari itu, prilaku menyebalkan pejabat dinas dari tingkat provinsi, kota dan hingga tingkat kecamatan selaku pihak bertanggungjawab kerab menghindari dari konfirmasi media.
Mereka yang bertanggung jawab secara kedinasan meliputi integritas, akuntabel, transparan dan medan kerja yang aman. Tapi, tak cukup nyali menghadapi pertanyaan pekerja buruh tulis.
Mereka seperti menyimpan dosa publik padahal ditangan mereka kota ini bersih, kota ini indah, dan kota ini sehat. Mereka seperti ingin nyaman sendiri dalam tugas kedinasan tanpa mau ada usikan dari eksternal.
Hal itu, dialami takala konfirmasi terjawab alakadarnya. Seorang pejabat setingkat Kepala Satuan Pelaksana Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, bertugas di Kecamatan Tanjung Priok, Leo Tantino menjawab hal penumpukan sampah dan armada mogok.di TPS Dacin Papanggo.
“Seminggu lalu kami grebek sampah sampai bersih (di TPS),” klaim Leo melalui sambungan WhatsApp, Jumat siang, 10/1/2025.
Terkait armada mogok katanya cuma dua unit. ” Iya ada 2 truk yang tidak bergerak karena ada kerusakan,” lanjutnya, seraya berjanji akan cek lokasi dan memanggil pengawasnya.
Ditanya lebih lanjut dia tak berkenan karena alasan akan hadiri rapat.
Untuk Diketahui
Bila ditelusuri situs sirup, kekuatan finansial/logistik pada Suku dinas lingkungan hidup kota Adm Jakarta Utara sepanjang tahun 2024.
Sedikitnya dapat dilaporkan; Pemeliharaan Mitsubishi Triton Rp 55, 2 juta untuk uraian belanja pemeliharaan alat angkut – alat angkutan darat bermotor – kendaraan bermotor angkutan barang.
Pemeliharaan kendaraan dinas operasional ATPM Hino tahun 2024 Rp 18,5 miliar dengan uraian belanja alat angkutan-alat angkutan darat bermotor – kendaraan bermotor penumpang-dan belanja pemeliharaan alat angkutan – alat angkutan kendaraan darat bermotor – kendaraan bermotor angkutan barang, lebih spesifik pemeliharaan dan perbaikan bus tollet, truk sampah dan mikro bus.
Pemeliharaan dan perbaikan wheel loader hyundai uraian belanja pemeliharaan alat besar – alat besar darat- alat besar darat lainya Rp 695, 7 juta.
Pemeliharaan dan perbaikan road sweeper ATPM dulevo dengan uraian rinciannya Rp 3,6 miliar.
Pemeliharaan dan perbaikan road sweeper ATPM ceksan dengan segala uraianya Rp 3,3 miliar.
Belum termasuk ATPM – ATPM jenis lainya, yang pastinya bernilai miliaran rupiah. Entah anggaran – anggaran tersebut apakah terserap habis, atau sebaliknya. Faktanya TPS Dacin Papanggo kondisi sampah tiada pernah tuntas bin bersih. Demikian, kabarSBI.com melaporkan pada publik.
Penulis: Saimin