JEPARA, kabarSBI.com – Masyarakat diminta terus menjaga keberagaman penduduk Desa Nyamuk, Kecamatan Karimunjawa, yang terdiri dari berbagai suku. Sehingga, warga bisa hidup berdampingan dengan rukun.
Hal itu disampaikan Bupati Jepara Dian Kristiandi pada pementasan wayang kulit di Desa Nyamuk, Jumat (13/5/2022). Menurutnya, keberagaman kebudayaan tersebut merupakan miniatur bangsa, sehingga perlu terus dilestarikan.
Disampaikan, selain Suku Jawa, pulau dengan luas wilayah 139 hektare juga didiami oleh warga dari Suku Bajo, Bugis, Buton, Madura, dan Nias.
“Saya sangat senang sekali bisa melihat masyarakat yang beragam suku kumpul jadi satu, untuk menyaksikan wayang kulit,” kata Andi, sapaan akrabnya.
Pada kesempatan itu, bupati berpesan, agar masyarakat saling menjaga kebudayaan dan tradisi yang ada, serta tidak saling mengejek kebudayaan satu dan lainnya.
“Jangan saling mengejek satu dan lainnya. Karena budaya kita adalah budaya bangsa Indonesia,” ungkapnya.
Terkait pertunjukan wayang kulit, Andi menyampaikan, selain menjadi tontonan dalam pertunjukan tersebut juga ada tuntunan di dalamnya. Gambaran perilaku masyarakat tersebut, dilakonkan melalui tokoh-tokoh pewayangan.
“Harapan ke depan terus dilakukan pelestarian budaya, pemerintah berupaya maksimal untuk bisa menggelar pertunjukan budaya setiap tahunnya di Pulau Nyamuk,” lanjut bupati.
Untuk pembinaan, lanjutnya, di Jepara terdapat dalang-dalang cilik, waranggono (sinden), juga wiyaga (pemain gamelan), yang dimulai dari sekolah dasar (SD). Mereka diharapkan dapat menjadi bibit pelestari budaya di Jepara.
“Jangan sampai kebudayaan ini luntur dan tidak ada penerusnya. Karena diyakini kebudayaan ini menjadi pemersatu bangsa dan negeri ini. Republik ini berasal dari suku agama yang berbeda,” bebernya.
Petinggi Desa Nyamuk Muazis, menyampaikan terima kasih kepada bupati, yang sudah memberikan hiburan wayang kepada warga Nyamuk. Ini merupakan kali pertama wayang dihadirkan di pulau tersebut.
Disampaikan, Desa Nyamuk merupakan pemekaran Desa Parang pada 2011. Wilayah itu memiliki 206 kepala keluarga, dengan jumlah penduduk 656 orang jiwa. Meski mereka terdiri dari berbagai suku, namun hidup berdampingan dan rukun.
Warga Desa Nyamuk keturunan suku Buton (Sulawesi Tenggara), Toprikan (55), mengaku senang dengan pertunjukan wayang kulit tersebut. Menurutnya, sudah 30 tahun lebih ia tinggal, baru kali ini ada pertunjukan kesenian wayang.
“Meski kita beda suku, senang bisa melihat kesenian Jawa, khususnya wayang kulit,” kata dia.(simon/red)