oleh

Pentingnya Kearifan Lokal dalam Penanggulangan Sampah di Era Pandemi Covid-19

Pentingnya Kearifan Lokal dalam Penanggulangan Sampah di Era Pandemi Covid-19 1
Pentingnya Kearifan Lokal dalam Penanggulangan Sampah di Era Pandemi Covid-19

kabarSBI.com – ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) bekerja sama dengan Economic Research Institute for ASEAN (ERIA) mengadakan “Online Joint Dialogue on Waste Management in the Context of COVID-19 Pandemic” sebagai implementasi dari Resolusi hasil Sidang Umum ke-40 AIPA untuk mendukung manajemen sampah negara-negara ASEAN guna mencapai pembangunan berkelanjutan.

Pada pertemuan yang dilaksanakan secara virtual, Senin (13/7/2020) ini, delegasi DPR RI diwakili oleh Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) Putu Supadma Rudana (F-PD) dan Anggota BKSAP Dyah Roro Esti (F-PG). Pertemuan yang membahas pentingnya pengelolaan sampah kota dan sampah medis yang semakin meningkat jumlahnya di tengah pandemi COVID-19 ini dihadiri oleh Anggota Parlemen dari negara-negara ASEAN (Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Viet Nam).

Temuan menunjukkan, seiring dengan diberlakukannya kebijakan di rumah saja (stay at home), jumlah sampah rumah tangga berupa plastik yang berasal dari kegiatan belanja online meningkat drastis. Di samping itu, penggunaan alat perlindungan diri (APD) yang digunakan oleh tenaga medis di rumah sakit dan sampah medis lain yang dihasilkan oleh pasien Covid-19 juga berkontribusi atas meningkatnya jumlah sampah medis di masyarakat.

Menanggapi hal ini, Wakil Ketua BKSAP Putu Supadma Rudana menyatakan pentingnya pendekatan kearifan lokal dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Contohnya di Bali yang selama ini masyarakatnya telah menerapkan prinsip tri hita karana yaitu menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan alam sekitar, untuk mengelola lingkungan, utamanya dalam menanggulangi sampah.

“Sejak tahun 2018, Bali secara bertahap telah mengurangi penggunaan sampah plastik, dan tahun ini sudah benar-benar bebas plastik. Peran parlemen dalam hal ini sangat penting yaitu untuk melakukan fungsi pengawasan atas kinerja pemerintah dalam manajemen sampah, serta fungsi penganggaran yaitu memastikan alokasi anggaran dalam teknologi pengelolaan sampah dapat tepat sasaran,” tandas politisi dapil Bali tersebut.

Masalah yang paling banyak dihadapi negara-negara ASEAN dalam pengelolaan sampah adalah keterbatasan sumber daya, baik itu berupa finansial maupun teknologi. Di tengah pandemi COVID-19, tingginya produksi sampah yang berasal dari penggunaan masker dan sarung tangan sekali pakai yang dibuang ke sungai dan laut sangat berdampak buruk bagi ekosistem laut.

Sementara itu, Anggota BKSAP Dyah Roro Esti menyatakan, di tengah kondisi pandemi Covid-19 saat ini, energi dan fokus seluruh pihak tercurah pada penanganan masalah kesehatan dan sosial ekonomi, namun masalah lingkungan seperti pencemaran sampah, utamanya sampah medis, menjadi sektor yang kurang mendapatkan perhatian.

“Covid-19 akan berakhir jika kita bisa mencari solusi akan sampah, utamanya sampah medis yang jumlahnya semakin meningkat secara signifikan dan mencemari lingkungan. Penanganan sampah medis membutuhkan perlakuan khusus dan sayangnya tidak semua daerah di Indonesia memiliki teknologi yang cukup memadai,” ungkapnya.

Selain itu, Anggota Komisi VII DPR RI ini juga mengajak untuk sama-sama memikirkan job security pekerja sektor informal yang hidupnya bergantung dari memungut sampah (pemulung) yang tentu sangat berdampak secara kesehatan karena meningkatnya sampah medis ini.

Selanjutnya, AIPA dan ERIA menyusun Draft Resolusi sebagai hasil dari Joint Dialogue ini untuk diajukan pada Sidang Umum ke-41 AIPA yang akan dilaksanakan secara virtual pada tanggal 8 – 10 September 2020 di Hanoi – Viet Nam. (es/hat)

Kabar Terbaru