CIAMIS, kabarSBI.com – Seorang dokter seyogyanya menjalankan profesi yang luhur dan mulia yang memiliki sifat antaranya kerendahan hati serta berprikemanusiaan, etika ini sepertinya kurang dihayati Dr. Suntoro.
Pasalnya, Dr. Suntoro yang bernaung dalam sebuah Klinik Berkah Medika berlokasi di Sindangrasa, Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis diduga melakukan perbuatan yang tidak wajar.
Hal ini terungkap karena adanya keluhan masyarakat disampaikan Yanti kepada awak media terkait kejadian yang dialami atas ayahnya yang baru saja meninggal dunia pada Minggu (27/6/2021). Ayah Yanti adalah pasien Klinik Berkah Medika yang telah menghembuskan nafas terakhir pekan lalu karena sakit yang dideritanya dan telah mendapatkan penanganan medis dari klinik tersebut.
Dalam suasana duka yang masih menyelimuti, Yanti salah seorang warga kampung Burujul Desa/Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran menceritakan derita yang dialami setelah ayahnya meninggal dunia. Ia dan keluarga kesulitan membayar biaya medis dan perawatan Rp 7 juta-an sehingga harus menjaminkan kendaraan sepeda motor yang bukan miliknya.
“Sebelum meninggal ayah saya di rawat di Klinik Berkah Medika pada Tanggal 25 Juni 2021 hingga akhirnya meninggal dunia pada Tanggal 27 Juni 2021 di tangani oleh Dokter Suntoro,” ungkap Yanti, Jumat, 2/7/2021.
“Pada saat pasien atau ayah saya meninggal, saya dan keluarga pun menanyakan kepada bagian administrasi mengenai jumlah tagihan medis. Kami ingin segera membawa pulang jenazah ayah saya untuk selanjutnya di urus pemakaman. Setelah dihitung oleh bagian administrasi total biaya perawatan pasien saat itu mencapai 7 juta rupiah,” ungkap Yanti
Yanti dan keluarga mengaku pada saat itu hanya memiliki uang sebesar 2 juta rupiah dan memohon kepada dokter yang menangani agar mendapat kebijakan dapat melunasi tagihan dengan tempo waktu pembayaran.
Namun, kata Yanti, saat dirinya di panggil menghadap dokter Suntoro terkait tunggakan biaya itu, Yanti terkejut karena motor untuk jaminan.
“Untuk membawa jenazah pasien, saya dan keluarga diminta menyimpan sepeda motor. Jadi kata dokter waktu itu motor masuk baru jenazah pasien bisa keluar,” ungkap Yanti menirukan ucapan sang dokter.
Sedih dan bingung Yanti ketika dihadapkan dengan kenyataan bahwa ayahnya meninggal dan harus menyerahkan sepeda motor Honda beat yang dipinjam dari tetangganya sebagai jaminan biaya perawatan.
“Saya jelaskan ke dokter Suntoro bahwa motor itu milik tetangga. Saya kebetulan pinjam, saya bingung harus bagaimana pada pemilik motor nantinya. Tetapi dokter malah menjawab kalau itu urusan kamu sama pemilik motor, urusan kamu sama saya selesaikan urusan administrasi,” ucap Yanti kembali menirukan ucapan dokter.
Setalah itu, Yanti dan keluarga pun mengaku mendapat masalah dengan tetangganya karena motor akan digunakan bekerja oleh pemiliknya. Sejak itu (27/6/2021) hingga Jumat (2/7/2021) motor tetangga Yanti menjadi jaminan dan berada di Klinik Berkah Medika.
Wartawan Sahabat Bhayangkara Indonesia (kabarSBI.com) yang mendapat keluhan warga tersebut dan terpanggil sebagai insan pers yang berfungsi sebagai kontrol sosial menyambangi Klinik Berkah Medika di lokasi tersebut guna meminta penjelasan/konfirmasi.
Dr. Suntoro yang saat itu berada ditempat praktek ketika dijumpai wartawan awalnya sempat menolak untuk di minta konfirmasinya.
Ketika disampaikan maksud tujuan wartawan kabarSBI.com untuk konfirmasi maupun kesempatan klarifikasi dari pihak Suntoro yang sebenarnya.
Ketika itu wartawan menanyakan kebenaran penahanan sebuah unit kendaraan roda dua (motor) sebagai jaminan keluarga pasien yang masih menunggak pembayaran adm perawatan. Sementara Dr. Suntoro dengan nada marah tidak mengakui hal tersebut justru menuding wartawan memutar balikan fakta.
“Kamu (awak media) jangan memutar balikkan fakta, saya tidak menahan. Kamu jangan putar balikkan nanti urusan sama rekan saya (Menyebutkan anggota kepolisian Polres Banjar), ” ucap dr. Suntoro, Jumat, 2/7/2021.
Disinggung mengenai keterkaitan antara pihak anggota kepolisian tersebut terhadap masalah kendaraan keluarga pasien yang ditahan dokter, yang bersangkutan tidak menjawab. Bahkan dr. Suntoro meminta awak media untuk difoto untuk dikirim melalui aplikasi pesan singkat kepada anggota kepolisian.
Sang dokter pun dengan nada keras memperlihatkan balasan anggota kepolisian kepadanya agar tidak melayani awak media, dan meminta dokter untuk menyuruh awak media pulang.
“Dia itu (Polisi, red) pangkatnya tinggi,” ucap Suntoro.
Meski tidak nyaman dan guna menghindari perdebatan atau perhatian pengunjung Klinik Berkah Medika, wartawan mencukupi keperluan konfirmasinya dan memilih pergi dari lokasi Klinik tersebut.
Namun tidak waktu lama sekitar satu jam setelah awak kabarSBI.com pergi meninggalkan klinik, keluarga pasien mendapatkan telepon langsung dari dr. Suntoro yang mempersilahkan sepeda motor untuk dibawa pulang dari klinik, dan persoalan tunggakan bisa dibicarakan secara kekeluargaan saja. Untuk diketahui keluarga Yanti sudah terbiasa berobat di Klinik Berkah Medika. (bono/r/as)